Kamis, 26 Desember 2024

Ribuan Masyarakat Borobudur Meriahkan Perhelatan G20 Bidang Kebudayaan

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Kirab Budaya G20 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin (12/9/2022). Foto: Istimewa

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Kirab Budaya dan Rapat Raksasa bertajuk “Nyawiji Nunggal Rasa” mengusung semangat kebersamaan masyarakat yang bahu membahu untuk bisa kembali bekerja dan berkarya, untuk pulih kembali kepada kondisi yang selaras dengan alam dalam rangkaian kegiatan Pertemuan Tingkat Menteri G20 di bidang Kebudayaan.

Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, mengapresiasi kegiatan kirab ini yang tidak hanya menekankan pada budaya namun juga lingkungan.

“Saya mengapresiasi masyarakat peserta Kirab Budaya yang sudah unjuk kreativitas dengan mengambil inspirasi dari fauna yang terdapat pada relief Candi Borobudur. Lebih dari itu, material yang digunakan terdiri dari bahan yang ramah lingkungan. Hal itu sejalan dengan apa yang kita dorong dalam agenda G20 bidang kebudayaan,” ujar Mendikbudristek.

Acara yang digelar pada Senin (12/9/2022) mulai pukul 8.00 pagi ini melibatkan sekitar 2.000 warga perwakilan dari 20 desa di Kecamatan Borobudur. Kirab Budaya dan Rapat raksasa G20 terdiri dari empat segmen kegiatan yakni Ritus ‘Bangun Tuwuh’ di Candi Pawon, Kirab Budaya ‘Mulih Pulih’ dari Candi Pawon menuju Candi Borobudur, Rapat Raksasa ‘Nyawiji’ di Taman Lumbini Candi Borobudur, dan Parade Seni ‘Golong Gilig’.

Ritus ‘Bangun Tuwuh’ merupakan simbol dari harapan seluruh kalangan masyarakat untuk sebuah awal yang baru setelah 2 tahun pendemi terjadi. Biji tanaman yang didoakan akan dibawa pulang dan ditanam, dengan harapan akan tumbuh subur bersama dengan tumbuh makmurnya kehidupan masyarakat.

Ritus doa bersama ini akan menjadi pembuka rangkaian kegiatan kirab dan akan dilakukan oleh perwakilan dari 20 desa, perwakilan pemuka agama, dan pemuka adat nusantara.

Kirab Budaya ‘Mulih pulih’ adalah gerak kirab massal yang melibatkan sekitar 2000 warga desa yang bergerak dari Candi Pawon ke lapangan Lumbini, Borobudur.

Inilah gerak menari warga yang ditata secara koreografis menurut gagasan dan tradisi masing-masing desa namun dalam detak yang sama dipimpin oleh R.M Altiana direktur artistik dan diiringi arasemen musik oleh Trie Utami.

Karya-karya instalasi fauna Borobudur, karya-karya limbah dan tetumbuhan, menemani gerak kirab ini. Semuanya adalah gambaran semangat masyarakat untuk bergerak bersama membangun masa depan yang cerah dan berkelanjutan.

Kisah Jataka yang terpahat dalam relief Candi Borobudur diambil sebagai tema Kirab Budaya yang menginspirasi warga tiap-tiap desa dalam penciptaan karya instalasi ragam fauna, yang nantinya diusung dalam gerak bersama barisan kirab.

Demikianlah cara warga Borobudur melestarikan dan merayakan Candi Borobudur, sehingga filosofi positif dan nilai spiritual yang dimiliki ikon fauna tersebut menjadi bagian dari kehidupan warga untuk kembali bangkit, kembali pulih. Selain itu warga juga mempersiapkan berbagai makanan tradisional dan produk kuliner lokal andalan desa masing-masing untuk ikut diusung disaat kirab dan nantinya disajikan pada saat Kembul Bujana (Upacara Makan Bersama).

Rapat Raksasa “Nyawiji” merupakan simbol solidaritas dengan sesama dan menyampaikan aspirasi melalui rangkaian pertunjukkan yang merupakan adaptasi artistik dari aneka isu yang telah didiskusikan dalam rangkaian kegiatan yang melibatkan pelaku budaya sebelumnya.

Kirab budaya dan Rapat Raksasa ini merupakan bagian Program Pemajuan Kebudayaan Desa, salah satu program prioritas Direktorat Jendral Kebudayaan yang menitikberatkan pada proses pemberdayaan masyarakat yang melibatkan warga sebagai pemilik budaya.

Tahun ini adalah tahun ke-2 Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, mendampingi warga Kawasan Borobudur untuk menemukenali kembali potensi budayanya, kemudian membuat program pengembangan sekaligus bagaimana pemanfaatannya untuk kehidupan berkelanjutan.

Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek selaku Koordinator Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 menjelaskan Kirab Budaya dan Rapat Raksasa ini menjadi wujud nyata keterlibatan masyarakat desa dalam upaya bersama merayakan kehidupan dan diharapkan dapat kembali pulih tidak hanya lebih kuat namun juga tepat guna dan bermanfaat.(faz/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Kamis, 26 Desember 2024
33o
Kurs